Tuesday, January 4, 2011

Day 2 - Information

Jumat, 2 Juli 2010
07.30 WIB, Kantor Kecamatan Entikong

Pariwisata
Air tejun terdapat di Punti Tapau dan dapat dikembangkan. Air terjun ini sebenarnya sudah disurvei oleh Asita (Asosiasi Pariwisata). Dari Punti Tapau untuk menuju air terjun ini dapat ditempuh dengan berjalan sekitar 2 km.
Data Penduduk
Penduduk 500 jiwa, 153 KK. Angka buta aksara masih cukup tinggi (menurut hasil survei lapangan sekitar 30% di desa Punti Tapau dan Punti Meraga yang masih buta aksara dan didominasi oleh kaum laki-laki).
Air bersih sudah tersedia yang berasal dari Sungai Punti yang dialirkan melalui pipa-pipa air ke pemukiman warga.
Pendidikan
Di Desa Nekan sudah ada 4 SD dengan 6 guru. SMP terletak di Desa Semanget, sedangkan SMA di Entikong.
Karena letak sekolah jauh, maka biasanya di dekat sekolah terdapat asrama yang disediakan oleh Pastoran. Sekolah sendiri belum mempunyai asrama, sehingga bagi siswa yang rumahnya jauh dapat memilih untuk tinggal di asrama yang disediakan Pastoran atau tinggal di rumah kerabat maupun saudara angkat.
Kebudayaan
Masyarakat di Entikong sebagian besar (mayoritas) adalah suku Dayak, selain itu berlaku pula hukum adat yang masih kuat. Setiap bulan ke-7 dan ke-8 diselenggarakan upacara adat menanam padi dan panen. Setiap bulan ke-5 biasanya diadakan pesta panen padi (Gawai).
Ekonomi
Kecamatan Entikong sudah memiliki kelompok usaha bersama bantuan dari Disnaker, bantuan dana dekonsentrasi dari pusat. Tahun 2008 dana ini sebesar 500 juta rupiah, 2009 sebesar 1 miliar rupiah, dan pada tahun 2010 mendapat dana sebesar 4 miliar rupiah.

11.30 WIB, Rumah Kepala Desa Nekan, Dusun Punti Meraga

Sampai di rumah Bapak Sutarno kami diberikan beberapa penjelasan :
Data Penduduk
Penduduk Desa Nekan : 2.272 jiwa (18 RT)
Desa Nekan :
§ Dusun Nekan (Kadus = Bapak Kasan) : 113 KK
§ Dusun Gramajaya (Kadus = Bapak Iskandar) : 113 KK
§ Dusun Punti Tapau (Kadus = Bapak Kiong) : 63 KK
§ Dusun Punti Kayan (Kadus = Bapak Jenyan) : 113 KK
§ Dusun Punti Meraga (Kadus = Bapak Kadol) : 40 KK
§ Dusun Punti Engkaras (Kadus = Bapak Majan) : 79 KK
Dusun Punti Meraga sebenarnya adalah pemekaran dari Dusun Punti Tapau. Maka dari itu letaknya berdekatan dan hanya dibatasi oleh jembatan yang dibawahnya mengalir Sungai Punti.
Kebudayaan
Suku Dayak di daerah ini adalah Suku Dayak dengan subetnis Dayak Bedayuh. Zaman dahulu masyarakat suku ini masih memakai cawat yaitu pakaian dari kulit kayu yang digunakan sehari-hari. Dalam bahasa setempat cawat disebut dengan Taeb.
Kebudayaan masyarakat di Dusun Punti Meraga dan Punti Tapau, atau secara keseluruhan Desa Nekan, dapat terlihat saat musim panen padi tiba yaitu pada bulan ke-5, selain itu pada bulan ke-3 dan ke-7. Biasanya diadakan Pesta Gawai pada bulan-bulan tersebut. Pesta Gawai ini adalah pesta syukuran yang diisi dengan makan dan minum bersama. Makanan yang biasa disediakan adalah ayam, babi, anjing, dan sebagainya. Sedangkan minumannya adalah tuak, arak, bahkan alkohol. Sehingga minuman keras bukanlah suatu hal asing bagi masyarakat disini, bahkan telah menjadi bagian dari suatu tradisi. Selain makan dan minum, Gawai biasa diisi dengan upacara adat serta tarian-tarian adat dan tarian pergaulan.
Sistem Perkawinan
Perkawinan dilakukan dengan proses perkenalan ter;ebih dahulu. Jika sudah ada kecocokan maka si calon pengantin akan menyampaikan kepada orang tuanya yang kemudian diteruskan kepada Ketua RT dan penghulu adat. Berbagai macam pengiket yang harus disiapkan adalah bedak, minyak wangi, pakaian. Acara perkewinan biasanya diresmikan hanya sebatas perkawinan adat yang ditandai dengan tidur bersama, dengan tidur bersama ini maka pasangan tersebut sudah dianggap menikah secara adat.
Perayaan perkawinan biasanya diselenggarakan selama 1 hari 1 malam. Pada acara pesta perkawinan ini akan diadakan pesta yang diisi dengan tari-tarian, makanan, dan minuman,
Sebelum pernikahan akan diberikan jeda waktu selama 1-2 bulan, selama masa itu bila putus di tengah jalan, maka pihak yang memutuskan akan didenda atau diberi sanksi. Sanksi yang diberikan berupa tempayan yang berisi barang-barang antik yang harganya belasan juta rupiah.
Kesehatan
Polindes di Dusun Nekan diisi oleh 1 bidan, sedangkan di Punti Meraga sudah sekitar 2 tahun kosong. Hal ini dikarenakan bidan yang sebelumnya sudah menikah dan belum ada pengganti yang baru. Namun, setiap bulan rutin didatangkan Posyandu dari Puskesmas untuk memeriksa kesehatan balita dan lansia di Punti Tapau dan Meraga.
Penyakit yang pernah ditemukan di Punti Tapau :
  1. Krumut (koreng)
Ketika ditanyakan tepatnya menurut tanda dan gejala dapat sedikit ditarik kesimpulan bahwa penyakit ini seperti penyakit cacar air, atau mirip pula dengan tampak. Penyakit ini biasanya muncul setelah kemarau panjang kemudian turun hujan. Penyakit ”koreng” ini disembuhkan secara tradisional oleh masyarakat menggunakan air kelapa ketika demam atau panasnya muncul.
  1. Tipes
  2. Kolera
  3. Disentri
  4. Sesak napas / asma
  5. Najam
Penyakit ini disebut-sebut oleh warga merupakan penyakit yang disebabkan oleh roh halus. Tanda dan gejalanya adalah si penderita tidak dapat berbicara dan ketika dadanya dipegang akan terasa dingin seperti batang pisang.
Cara penyembuhannya adalah dengan diberi doa dan jampi-jampi, kemudian diberikan semacam sesajen seperti potong babi atau potong anjing.
Lama penyembuhannya anatar 1 jam-1 hari.
Siapapun dapat terkena penyakit ini, dari anak-anak hingga dewasa.
Penyakit ini muncul ketika hujan panas, karena warga memiliki kepercayaan ketika hujan panas roh-roh halus sebenarnya sedang berjalan, maka dari itu warga akan masuk ke dalam rumah ketika hujan panas.
Hal ini menurut saya harus diteliti lebih lanjut untuk korelasinya. Penyakit ini tidak atai belum saya dengar di tempat lain. Seharsnya penyakit ini dapat dijelaskan secara medis sehingga masyarakat tidak perlu tergantung dengan hal-hal yang berbau mistis.
  1. Chikungunya
Pada tahun 2009, 70% penduduk terkena penyakit ini dan menjadi pandemik selama 1 tahun penuh.
Sebagian warga dibawa ke dokter, tetapi sebagian lain ketika badannya lemas dan tidak dapat digerakkan kemudian menggunakan sahang (lada) untuk mengurut badan yang sakit tersebut.
Cara menggunakannya adalah dengan menumbuk lada kemudian mencampurnya dengan minyak tanah/kelapa.
Dalam 1 hari jika diurut 2-3 kali biasanya dalam 2-3 hari kemudian akan sembuh.
Namun, jika minum obat efeknya adalah sehari sembuh lalu esoknya akan kambuh lagi. Fenomena ini seharusnya dikaji lebih lanjut, apakah disebabkan oleh ketidakpatuhan obat atau faktor lainnya.
Saat ini sudah tidak ditemukan lagi penderita Chikungunya.
  1. Diare
Pada tahun 1985-1989 banyak orang yang terjangkit penyakit ini.
Cara penyembuhan tradisional yang diberikan adalah dengan mengoleskan kapur sirih ke orang yang sakit, misalnya di bagian perut.
  1. Kaki gajah
Ada 1 orang warga yang menurut penuturan Bapak Kadus mengalami bengkak kaki.
Bengkak kaki yang diderita membesar dari lutut ke bawah, saat ini orang tersebut sudah sembuh tetapi butuh tongkat untuk dipakai berjalan (membantu berjalan).
Menurut keterangan Bapak Kepala Dusun, Polindes tidak pernah memberikan jatah obat atau vaksin. Namun, imunisasi BCG sudah dapat dirasakan warga. Balita sudah mempunyai KMS. Posyandu secara berkala sudah mendatangi Punti Tapau untuk memeriksa balita setiap bulan sekali.
¨ Keluarga Berencana (KB)
Program KB sudah dijalankan di Dusun ini. Hampir seluruh warga khususnya WUS, berkisar antara 95% di Punti Tapau dan Meraga sudah menjadi akseptor KB. Jenis yang paling banyak dipakai saat ini adalah KB pil dan suntik karena mayoritas warga merasa tidak cocok dengan KB implant (susuk). Pemerintah sendiri telah memprogramkan program KB implant gratis yang pada akhirnya tidak berjalan lancara karena masalah ketidakcocokan tadi. Sehingga muncullah kendala terkait KB jenis ini. Menurut program penggunaan KB jenis ini jika di tengah-tengah terdapat ketidakcocokan terhadap KB jenis susuk yang dipasang gratis ini dapat dilepas akan tetapi dalam pelepasannya dibutuhkan biaya yang harus dipenuhi secara mandiri. Hal ini membuat warga merasa dirugikan dengan adanya program KB implant ini.
Setelah melepaskan KB implantnya warga beralih ke KB jenis pil, tetapi masih ada beberapa warga yang merasa tidak cocok. Terakhir, warga khususnya wanita, menggunakan KB jenis suntik. Penggunaan KB jenis ini harus rutin melakukan suntik KB setiap 3 bulan sekali yang dapat dilakukan di Puskesmas. Penggunaan suntik KB sendiri kadang menimbulkan dilema finansial pada warga. Para wanita harus menghabiskan uang sekitar 45 ribu rupiah, 30 ribu untuk biaya perjalanan (sewa ojek) dan 15 ribu untuk suntik KB. Walaupun dilakukan setiap 3 bulan sekali akan tetapi sebagian warga masih merasa bahwa ini menjadi beban tersendiri bagi mereka.
Tambahan
Kerajinan :
Takin à Anyaman rotan yang berbentuk keranjang memiliki tali yang dipakai di kepala. Digunakan untuk membawa barang-barang dari ladang, misalnya kayu bakar, ubi, dan lain sebagainya.
Kelasah à Untuk menjemur padi.
Bahasa :
Ne = Ibu
Yung = Adik (pr)
Jang = Adik (lk)
Sumung = Abang
Tumang = Bapak
Selamet Bengaeng = Selamat Malam
Niyagoh se ne sa meng ? = Apa kabar Ibu, Bapak ?
Paguh, paguh = Baik, baik
Timo kasih = Terima kasih
Samo-samo = Sama-sama

sedikit catatan:
Nah, kebayang gak sih harus nulis info sebanyak ini pake tangan. Sebagai informasi tambahan, di rumah Pak Kades hanya tersedia solar cell, gak ada diesel. Sementara di rumah Pak Kiyong ada diesel dan bisa menonton tv atau charge handphone. Jadi, kalau mau charge harus ke tempat Pak Kiyong (diinepin disana) atau nitip ke warung dekat rumah. Oia, karena pake solar cell jadi lampunya lama-lama bisa mati, apalagi setelah sekitar minggu ke-2 kami disana, waktu lampu menyala semakin pendek karena siang-siang cuaca mendung. Mungkin solar cell-nya gak keisi penuh. Jadi tengah malam kalau kami kebangun jadi gelap gulita, tapi Ne Sumbang suka pasang lilin, jadi gak gelap banget sih.

Info terbaru dari Masdan, Pak Kades sekarang udah punya tv di rumah dan sudah pasang diesel. Ahhh, Bapak, coba 6 bulan yang lalu...

Oia, kalau ada yang mau ambil data dari sini silakan, siapa tahu bisa jadi info tambahan kalau ada yang mau mengembangkan daerah perbatasan :)

No comments:

Post a Comment

your comment here..